Pertemuan terbesar mengenai lahan basah global dibuka di Dubai, 22 Oktober 2018. Pembukaan secara resmi dilakukan oleh HE Dr. Thani Ahmed Al Zeyoudi, Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Uni Emirat Arab. Sekitar 1.300 orang dari 157 Negara menghadiri pertemuan, mewakili negara-negara penandatangan konvensi, pengamat maupun pengunjung.
“Lahan basah telah menjadi perhatian pemerintah kami, dan menjadi tuan rumah dari pertemuan besar ini menunjukan komitmen kami untuk melindungi lingkungan alami dan ekosistemnya dari urbanisasi dan kegiatan lainnya” ungkap Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup. Tema pertemuan ini adalah “Wetlands for Sustainable Urban Future”.
Jane Madwick, CEO Wetlands International
Jane Madwick, CEO Wetlands International, dalam sambutannya mewakili International Organization Partners (BirdLife International, IUCN, IWMI, Wetlands International dan WWT) menekankan perlunya segera melakukan kegiatan penyelamatan dan restorasi lahan basah sekarang juga. “Kita akan menyesal kemudian jika kita tidak berbuat sekarang” tegas Jane. Penegasan perlunya kerja bersama juga disampaikan oleh Martha Rojas Urrego, Sekretaris Jenderal Ramsar, “Setiap aksi akan dihitung, tidak ada yang dikecualikan”.
Sebagai negara penandatangan Konvensi Ramsar, Indonesia juga terlibat aktif dalam pertemuan CoP 13. “Indonesia adalah negara yang memiliki lahan basah terluas di dunia, dan Pemerintah Indonesia menaruh perhatian khusus terhadap konservasi lahan basah secara nasional. Kita telah menetapkan langkah-langkah strategis dan memasukan pengelolaan lahan basah dalam kebijakan nasional, termasuk dalam RPJMN, dengan mengajak keterlibatan semua pihak” ungkap Ir. Tandya Tjahjana, Direktur BPEE KLHK, yang juga merupakan Ketua Delegasi RI di pertemuan ini.
(Liputan langsung Yus Rusila Noor dari CoP 13 Ramsar, Dubai)