Straight to content

PEMDA PROVINSI BANTEN AKAN MEMBANGUN MANGROVE CENTER PERTAMANYA

Published on:
  • Ketahanan pesisir
  • Konservasi lahan basah pesisir

Rencana pembangunan Mangrove Center (MC) di Provinsi Banten beserta program-programnya merupakan wujud komitmen bersama dan langkah pemersatu dalam melaksanakan upaya konservasi mangrove. Selain itu, pembangunan ini nantinya diharapkan dapat menjadi pusat informasi sekaligus destinasi wisata alam guna mendukung pengelolaan ekosistem mangrove secara lestari dan bermanfaat bagi masyarakat.

“Kita putuskan bahwa Mangrove Center yang pertama akan dibangun di Provinsi Banten berlokasi di Kelurahan Sawah Luhur Kota Serang dan Desa Lontar Kabupaten Serang”, ujar Indah Damayanti, Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Hidup DLHK Provinsi Banten, pada Rapat Koordinasi Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD) Provinsi Banten yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten bekerja sama dengan Wetlands International Indonesia (28/8).

Terpilihnya 2 (dua) lokasi MC oleh KKMD Banten ini telah melalui proses yang cukup panjang. Pada awalnya, studi kelayakan dilakukan di 11 kandidat MC yang tersebar di pesisir Provinsi Banten. Kemudian dipilih 5 (lima) kandidat yang telah dipertimbangkan berdasarkan kriteria-kriteria, seperti: kesesuaian tata ruang, status lahan, kondisi terkini, aksesibilitas, tingkat ancaman, dukungan, dan sebagainya. Hingga pada akhirnya dipilih 2 (dua) lokasi, yaitu di Kelurahan Sawah Luhur Kota Serang dan Desa Lontar Kabupaten Serang. Lokasi MC di Kelurahan Sawah Luhur diharapkan dapat menjadi penyangga Kawasan Cagar Alam Pulau Dua yang letaknya tidak terlalu jauh dari situ.

Wetlands International Indonesia menyambut baik dan mendukung rencana pembangunan MC di Banten, selama dalam koridor melestarikan ekosistem lahan basah pesisir dan menjadi program bersama yang terpadu. Pada proses pembahasannya, WII menekankan bahwa bila nanti MC dibangun di Desa Sawah Luhur harapannya jangan sampai malah mengganggu ekosistem Cagar Alam Pulau Dua (CAPD), baik dari dampak gangguan keramaian maupun sampah. Akan sangat baik bila dapat mendukung keberlangsungan kawasan CAPD, yaitu kawasan yang bernilai penting bagi keberadaan burung air di dalamnya.

“Hampir 20 tahun kami bekerja di Cagar Alam Pulau Dua dan sekitarnya. Lokasi ini sangat potensial dikembangkan sebagai lokasi berbagai kajian pengembangan ilmu pengetahuan sehingga penting dipertahankan. Selain itu belasan ribu ekor burung dari sekitar 100 jenis yang tercatat ditemukan di sana. Mereka sangat bergantung kehidupannya pada kawasan yang biasa kita sebut Pulau Burung ini”, ujar Ragil Satriyo Gumilang perwakilan dari Wetlands International Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Ragil juga menyampaikan bahwa program bersama ini jangan hanya terbatas pada lahan MC yang ditargetkan minimal seluas 10 hektar. Namun, MC seharusnya dapat menjadi solusi permasalahan kerusakan ekosistem mangrove di Provinsi Banten secara luas, seperti: ancaman bencana abrasi dan banjir rob, alih fungsi lahan, dan sebagainya. Mangrove Center ini akan sinergis dengan penyusunan Strategi Daerah Pengelolaan Ekosistem Mangrove Provinsi Banten (Strada Mangrove Banten).

“Semoga program KKMD Banten tidak hanya sebatas pada pembangunan Mangrove Center, namun bisa lebih luas cakupannya. Mangrove Center sebagai etalase dan aksi bersama seluruh pemangku kepentingan. Strada mangrove akan mengatur dan melaksanakan secara lebih luas. Sama-sama ada pembagian tugas dan tanggung jawab di dalamnya”, tambahnya.

Selain pemilihan lokasi Mangrove Center, pada kesempatan tersebut juga disepakati bahwa secara pararel akan menyusun Strada Mangrove Banten yang mengacu Perpres Nomor 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove dan Permenko Perekonomian Nomor 4 tahun 2017 tentang Kebijakan, Strategi, Program, dan Indikator Kinerja Pengelolaan Ekosistem Mangrove Nasional. Bila Strada Mangrove Banten nantinya terbit, bukan tidak mungkin akan menjadi yang pertama di Indonesia.

Dilaporkan oleh Ragil Satriyo Gumilang