PaludiFor, Forum Multi-stakeholder Paludikultur Tropis Indonesia Telah Resmi Diluncurkan
-
Konservasi dan restorasi lahan gambut
-
Mitigasi Iklim dan Adaptasi
Bogor, 30 Juli 2019. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan , Badan Litbang dan Inovasi KLHK, yang diwakili oleh Kepala Bidang Program dan Evaluasi, Dr. Hernita Wahyuni, meresmikan pembentukan PaludiFor atau Forum Paludikultur Tropis, yakni sebuah forum multistakeholder terkait pengembangan paludikultur di Indonesia. Dalam sambutannya, Hernita menyampaikan bahwa sebagai suatu forum multi-stakeholder, PaludiFor menjadi bagian penting yang mendorong sinergitas berbagai pihak dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan, khususnya pada kawasan ekosistem gambut.
Paludikultur didefinisikan sebagai salah satu bentuk pengelolaan ekosistem gambut yang berkelanjutan, dengan mengembangkan budidaya tanaman asli gambut tanpa drainase (pengeringan gambut). Dengan menerapkan prinsip ini, paludikultur memastikan bahwa gambut senantiasa berada dalam kondisi basah, sehingga kerusakan gambut, terutama yang berujung pada meningkatnya risiko bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) maupun subsiden gambut dapat diminimalisir.
PaludiFor merupakan suatu prakarsa multipihak yang lahir dengan fasilitasi dari Puslitbanghut dan Yayasan Lahan Basah (Wetlands International Indonesia). Dimulai dengan workshop inisiasi pada Agustus 2018 lalu, saat ini PaludiFor telah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM sebagai sebuah organisasi yang berbentuk perkumpulan. Berdirinya PaludiFor dilandasi atas adanya kebutuhan masyarakat Indonesia akan suatu sistem pengelolaan gambut secara lebih baik. Hadirnya PaludiFor diharapkan mampu menjadi media pertukaran informasi bagi para pihak dalam konteks pengembangan praktek-praktek paludikultur yang menyasar berbagai akar persoalan, terutama karhutla.
”Kita ingin menjadikan gambut sebagai modal dasar bagi pembangunan. PaludiFor akan mengartikulasikan manajemen lahan gambut berkelanjutan melalui praktek-praktek Paludikultur” Ungkap Agus P. Tampubolon, peneliti PuslitHut yang sekaligus menjabat sebagai ketua PaludiFor. Senada dengan Agus, Direktur Yayasan Lahan Basah, Nyoman Suryadiputra, menekankan pentingnya forum ini untuk bertindak pro-aktif dalam menyuarakan dampak kerusakan gambut, termasuk potensi subsiden gambut yang menyebabkan gambut tergenang permanen. “Paludikultur harus dilakukan sebelum lahan gambut tergenang permanen, dan kita jangan sampai terlambat” tandasnya.
Acara ini dihadiri oleh sekitar 40 orang anggota dan perwakilan dari pemerintah, LSM, Lembaga penelitian dan sektor swasta. Selain kegiatan peresmian, kegiatan ini dilanjutkan dengan penyusunan peta jalan (roadmap) dan rencana kerja PaludiFor untuk lima tahun ke depan, termasuk mengidentifikasi potensi kerja sama dengan ITPC (International Tropical Peat Centre), sebuah inisiatif multi-stakeholder yang dibentuk oleh pemerintah dari empat negara untuk tujuan pengelolaan gambut berkelanjutan .