Pak Jokowi Menekankan Keterlibatan Masyarakat dalam Menangani Dampak Iklim
-
Ketahanan pesisir
-
Konservasi lahan basah pesisir
Tadi malam WIB, 25 Januari 2021, Presiden Republik Indonesia menyampaikan sambutannya secara daring dalam gelaran Climate Adaptation Summit (CAS) 2021 yang diadakan oleh Pemerintah Kerajaan Belanda didukung oleh Global Comission on Adaptation (GCA) yang berkedudukan di Rotterdam. Presiden Joko Widodo adalah satu diantara para pemimpin dunia yang berbicara dalam pertemuan puncak adaptasi iklim tersebut. Tercatat beberapa pemimpin lain yang menyatakan akan hadir, seperti Antonio Guterres (Sekjen PBB), Ban Ki-moon (Mantan Sekjen PBB, pendiri GCA bersama Bill Gates dan Kristalina Georgieva), Angela Merkel (Kanselir Jerman), Boris Johnson (Perdana Menteri Inggris), Narendra Modi (Perdana Menteri India) dan Cina yang diwakili oleh Wakil Perdana Menteri Han Zheng. Sementara AS, yang baru saja kembali ke komunitas iklim dunia, diwakili oleh John Kerry sebagai Utusan Khusus Presiden terkait Iklim. Sebagai tuan rumah adalah Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan Cora van Nieuwenhuizen, Menteri Infrastruktur dan Manajemen Air.
Dalam sambutannya yang berdurasi kurang dari 5 menit tersebut, Presiden Joko Widodo menekankan bahwa dampak iklim terasa sangat nyata. Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus lebih meningkatkan ketahanan hidup, petani dan nelayan harus lebih beradaptasi dengan kondisi iklim, sementara seluruh rakyat juga harus bersiap dalam menghadapi bencana alam, termasuk banjir dan kekeringan. Presiden juga menegaskan bahwa keterlibatan masyarakat merupakan suatu keharusan untuk mengendalikan perubahan iklim, dan pada saat yang sama juga diperlukan peningkatan kapasitas internasional dalam menghadapi perubahan iklim. Tidak kalah penting, pembangunan hijau juga perlu dilakukan untuk dunia yang lebih baik.
CAS sendiri adalah konferensi global yang diadakan secara daring untuk melakukan percepatan, berinovasi dan mengangkat berbagai usaha dalam mengadaptasikan masyarakat dan ekonomi terhadap berbagai dampak perubahan iklim sepanjang dekade mendatang. Konferensi ini adalah pertemuan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dengan peserta perwakilan Pemerintah dari seluruh benua serta para pengusaha, Pemerintah daerah, organisasi internasional, para akademisi, perwakilan masyarakat sipil dan kaum muda. Dari pertemuan ini diharapkan akan menghasilkan Agenda Aksi Adaptasi sebagai sebuah instrumen untuk mempercepat aksi adaptasi iklim melalui promosi, panduan, pemantauan dan berbagai pengalaman terkait dengan ketangguhan iklim serta membangun bersama. Berbagai aksi dan koalisi diharapkan juga dapat terbangun untuk mencapai ambisi masa depan tangguh iklim pada 2030, sebagaimana disampaikan dalam Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Pertemuan diadakan pada tanggal 25 dan 26 Januari 2021, dengan harapan hasilnya akan dibicarakan dalam World Economic Forum Davos Agenda Week yang mulai berlangsung pada tanggal 26 Januari, serta dapat dilanjutkan pada pertemuan CoP 26 UNFCC di Glasgow tahun ini.
Bagi Wetlands International, organisasi nir-laba internasional yang bergerak dibidang pengelolaan lahan basah secara global, pelaksanaan CAS 2021 merupakan ajang yang sangat penting untuk berbagi pengalaman mengenai program Nature-based Solution atau solusi berbasis alam yang dijalankan di lingkungan lahan basah. Sejalan dengan sambutan yang disampaikan oleh Presiden Jokowi, akibat dampak perubahan iklim, jutaan orang di perkotaan maupun pedesaan Indonesia maupun negara-negara lain di Asia, hidup dihantui dengan ancaman kerentanan terhadap bahaya badai, peningkatan muka air laut, banjir tapi juga kemarau. Berbagai fenomena yang terjadi di berbagai negara Asia, memacu kita untuk merubah paradigma pembangunan dari membangun melawan alam dan membangun di alam menjadi membangun bersama alam. Dengan demikian, ada upaya untuk merubah kerentanan menjadi ketangguhan. Salah satu inisiatif yang akan dipresentasikan dalam pertemuan CAS adalah mengenai “Percepatan Adaptasi melalui Membangun bersama Alam – Building with Nature – di Asia”. Inisiatif ini bertujuan untuk mengarusutamakan solusi berbasis alam kedalam pekerjaan infrastruktur air, diantaranya melalui aksi restorasi ekosistem dipadukan dengan strategi rekayasa pembangunan. Inisiatif ini didukung oleh 5 negara di Asia, yaitu Indonesia, Filipina, India, Malaysia dan Cina serta difasilitasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia dan Wetlands International bersama-sama dengan EcoShape, One Architecture dan Global Centre on Adaptation.
Sebagaimana disampaikan oleh Dr. Hendra Yusran Siry, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP, Indonesia telah memiliki pengalaman panjang dan mendalam dalam pelaksanaan pendekatan Membangun bersama Alam, khususnya di Kabupaten Demak dan wilayah lain di Pantura Jawa. Indonesia, oleh karena itu, berkeinginan untuk membagikan pengalamannya kepada negara-negara lainnya di Asia, sebagai bagian dari peningkatan kapasitas terkait dengan solusi berbasis alam. Hal ini mendukung pernyataan Presiden Jokowi semalam bahwa kemitraan global harus diperkuat, dan Indonesia memprioritaskan kerjasama peningkatan kapasitas dalam menghadapi perubahan iklim di negara-negara Pasifik.