Straight to content

Monyet dan Pengurangan Risiko Bencana di Lahan Basah

Published on:
  • Species

Apa yang dilakukan oleh seekor monyet ketika mendapatkan makanan yang banyak? Mereka akan memasukan makanan sebanyak-banyaknya kedalam mulut, disimpan sebentar dan kemudian memakannya sedikit demi sedikit. Fenomena yang disebut dengan “Monkey Cheeks” itulah yang kemudian mengilhami Raja Rama 9, Raja Thailand yang baru wafat, untuk menggagas proyek guna menghindari banjir besar yang melanda negeri gajah putih tersebut. Berkaca pada perilaku monyet tersebut, lahan penampungan air, embung dan saluran dibangun untuk menampung air bah, dan kemudian dilepaskan sedikit demi sedikit ketika air laut sedang surut.

Cerita menarik diatas disampaikan oleh Dr. Sansanee dari Mahidol University, Thailand, pada side event CoP 13 Ramsar di Dubai, terkait dengan Peran Lahan Basah Perkotaan untuk Pengurangan Risiko Bencana. Pembicara lain, Prof. Naoya Furuta dari Taisho University dan Prof. Yukihiro Shimatani dari Kyushu Uiversity, Jepang, juga menyampaikan pengalaman mereka yang meyakinkan bahwa lahan basah yang baik akan memberikan fungsi yang baik pula dalam meningkatkan resiliensi masyarakat dalam menghadapi bencana, demikian pula sebaliknya. Kedua ahli lahan basah tersebut memberikan beberapa contoh nyata di Jepang, dimana lahan basah dapat membantu pengurangan risiko bencana. Contoh tersebut diantaranya adalah “Ohori” atau tampungan pengendali banjir, ruang air berupa saluran atau sungai kecil yang dapat mengalirkan air dengan baik ketika banjir serta mata air, yang dapat digunakan dalam kondisi darurat ketika sistem air bersih terganggu serta kebun hujan yang bisa menampung air ketika hujan deras tiba.

Di Indonesia sendiri sebenarnya kegiatan tersebut sudah cukup lama diperkenalkan. Penerapan biopori, sumur resapan dan embung air sudah banyak dilaksanakan di berbagai kota. Hanya saja, ketika ekosistem di hulu sudah terganggu dan lahan di tengah dan hilir semakin menyusut, maka air akan mengambil jalannya sendiri.

Yus Rusila Noor dari konsorsium Partners for Resilience Wetlands International, dalam pernyataannya di pertemuan tersebut menyatakan diperlukannya tata ruang yang baik untuk meyakinkan bahwa fungsi peningkatan pengurangan risiko bencana dari lahan basah tersebut dapat dijalankan dengan baik, dan tidak justru tergerus oleh kepentingan pembangunan jangka pendek yang pada akhirnya akan merugikan.

(Liputan dari CoP 13 Ramsar, Dubai oleh Yus Rusila Noor)