Meriahkan Hari Gambut Sedunia, Peat Parade “Gambut Terawat, Bumi Selamat” Ajak Masyarakat Lestarikan Gambut
Ekosistem gambut merupakan salah satu lahan basah yang memiliki peran penting dalam menjaga iklim global. Lahan gambut berfungsi sebagai penyimpan cadangan karbon, penjaga stabilitas sistem tata air kawasan, penyimpan cadangan karbon, hingga habitat dari berbagai keanekaragaman hayati.
Di Indonesia, ekosistem gambut termasuk dalam urutan ketiga lahan gambut terbesar di dunia dengan luas 13,43 juta hektar. Diperkirakan, seluruh lahan gambut yang ada di Indonesia memiliki cadangan karbon sebesar 46 giga-ton atau setara dengan 8 -14% total cadangan akarbon lahan gambut di seluruh dunia.
Namun saat ini lahan gambut di Indonesia telah mengalami perubahan akibat berbagai bentuk kegiatan pemanfaatan lahan yang tidak diikuti usaha pelestariannya. Penyiapan lahan dengan dibakar, pembangunan kanal – kanal drainase untuk mengeringkan gambut, dan budidaya monokultur menjadi tantangan dalam usaha restorasi gambut.
Peat Parade “Gambut Terawat, Bumi Selamat” Pada Car Free Day Sudirman, Jakarta
Ketika lahan gambut dikeringkan, ekosistem gambut kehilangan karakteristik dasarnya sebagai penyimpan air. Selain itu karbon dari bahan organik yang terkandung di dalam gambut yang mengering dan teroksidasi, secara bertahap akan menjadi CO2. Karbon yang mengering diperparah dengan musim kemarau menjadi ancaman kebakaran yang berdampak pada kerugian lingkungan, kesehatan, dan ekonomi yang cukup signifikan.
Dalam usaha mengembalikan fungsi ekosistem gambut, bukan hanya melakukan kegiatan pemulihan berbasis lingkungan. Pendekatan berbasis edukasi, sosialisasi, dan publikasi juga perlu digencarkan agar kegiatan restorasi gambut mendapat dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, swasta, LSM/NGO, hingga masyarakat.
Pendekatan tersebut dilakukan melalui Parade Hari Lahan Gambut yang mengangkat tema “Gambut Terawat, Bumi Selamat” diselenggarakan tanggal 2 Juni 2024 pada Car Free Day Sudirman, Jakarta. Pada kesempatan ini, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove mengajak berbagai komunitas lingkungan untuk turut berpartisipasi pada kegiatan ini.
Yayasan Lahan Basah, turut serta memeriahkan hari gambut sedunia dalam parade “Gambut Terawat, Bumi Selamat”. Eko Budi Priyanto dari Yayasan Lahan Basah, mengatakan bahwa melestarikan lahan gambut sejatinya adalah merawat kehidupan. Tidak hanya untuk masyarakat sekitar, kelestarian gambut juga memberikan jasa lingkungan untuk masyarakat di luar kawasan, hingga ke tingkat nasional, regional bahkan global. Oleh karenanya, kampanye untuk penyadartahuan sangat penting dilakukan dalam upaya pelestarian lahan gambut.
“Isu lahan gambut mungkin saja tidak populer di kalangan masyarakat kota seperti Jakarta. Dengan perayaan Hari Gambut Sedunia melalui event CFD hari ini tentu dapat memberikan wawasan baru bagi masyarakat luas untuk mengenal pentingnya lahan gambut bagi kehidupan,” ujarnya.
Didy Wurjanto, Kepala Kelompok Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat BRGM mengatakan, “Ekosistem gambut merupakan salah satu lahan basah yang perlu dijaga kelestariannya. Restorasi gambut menjadi solusi dalam memulihkan fungsi ekosistem gambut itu sendiri. Namun, kegiatan restorasi gambut harus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak mulai dari pemerintah, swasta, komunitas, hingga masyarakat luas agar restorasi gambut berjalan secara optimal dan berkelanjutan. Sehingga, kegiatan parade hari gambut sedunia, Gambut Terawat, Bumi Selamat ini menjadi momentum, untuk menjalin komunikasi, meningkatkan kepedulian serta pemahaman masyarakat akan pentingnya ekosistem gambut,” ucap Didy.
Didy juga menyampaikan rasa terima kasih Yayasan Lahan Basah, Hutan itu Indonesia, Forest is Our Friend, Lestari Mangrove dan Alam, serta Sipalinglingkungan.id atas peran dan partisipasi dalam parade, menyerukan pentingnya kelestarian ekosistem gambut secara optimal dan berkelanjutan.