Mengatasi erosi pantai dengan “Hybrid Engineering”
-
Ketahanan pesisir
Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Minggu ini kita akan melihat dimulainya pembangunan 2 struktur permeable yang bertujuan untuk melindungi Desa Timbul Sloko dari erosi.
Wetlands International, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Konsultan Sipil dari Belanda Deltares akan bekerjasama untuk menstabilkan pesisir di daerah Desa Timbul Sloko yang mengalami erosi parah dan menyebabkan penduduk desa tersebut sering terkena banjir. Deltares telah mendesain sebuah pendekatan inofatif bertujuan untuk menstabilkan pesisir. Dengan menggunakan struktur permeable untuk memperangkap sediment di sepanjang pesisir dan memberikan kesempatan rehabilitasi mangrove untuk menahan erosi.
Estimasi hilangnya daratan sebesar 200-900 meters antara 2003 (garis biru, Google Earth image) dan 2012 (garis oranye, Google Earth image) akibat erosi di Kabupaten Demak District, Jawa Tengah By Apri Susanto
Dua struktur akan dibangun oleh KKP dengan menggunakan desain yang disiapkan oleh Deltares dan difasilitasi oleh Wetlands International Indonesia Program. Kegiatan ini adalah bagian dari eksperimen skala kecil untuk menguji konsep Hybrid Engineering pada pesisir berlumpur yang mengalami erosi parah. Diharapkan tiap struktur dapat selesai dalam 1 bulan dan setelah itu mulai merangkap sedimen dan menciptakan kondisi yang cocok untuk mangrove berkembang di daerah tersebut.
Jika struktur tersebut berhasil, maka lahan tersebut bisa tereklamasi dan mencegah erosi dan hilangnya lahan di masa datang. Secara bersamaan, sabuk hijau mangrove yang baru akan memberikan beragam jasa lingkungan, mulai dari peningkatan hasil tangkapan ikan hingga material untuk konstruksi dan penyimpanan karbon.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak, Universitas Diponegoro, LSM lokal (KESEMAT) dan masyarakat setempat terlibat dalam kajian awal dan akan dilibatkan dalam kegiatan pengawasan dan perawatan, setelah struktur tersebut telah terpasang.
Struktur permeable dirancang untuk merangkap sedimen sebagaimana dilakukan oleh system perakaran mangrove secara alami. Ilustrasi oleh Joost Fluitsma.
Untuk mengetahui lebih banyak tentang Timbul Sloko, kunjungi blog yang ditulis oleh mahasiswa magang Wetlands International, Stefan Verschure.