Straight to content

Mendekat ke Alam melalui Citizen Science

Published on:
  • Ulasan tahunan

Sepertinya banyak yang membayangkan bahwa kawasan Timur Tengah hanyalah berupa bentangan gurun pasir selepas pandang dan tidak ada kehidupan akuatik sama sekali. Pada pertemuan side event yang merupakan bagian dari Ramsar CoP 13, dipresentasikan bahwa setidaknya anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar.

Badan Lingkungan Abu Dhabi menjadi tuan rumah acara yang bertajuk “Closer to Nature: Innovations in Wetland Research and Citizen Science – Stories from Abu Dhabi Emirate”. Diuraikan bagaimana pemetaan kawasan bernilai biodiversitas tinggi kemudian dapat digunakan untuk menentukan pengembangan tata ruang serta Amdal pengembangan wilayah. Pengembangan tata ruang juga menyentuh pengaturan mengenai kegiatan restorasi, seperti penanaman mangrove, sehingga tidak semua lahan pasang-surut di kawasan pesisir kemudian serta-merta ditanami mangrove. Banyak kawasan lahan-surut yang menjadi tempat persinggahan burung-burung bermigrasi, sehingga harus tetap dibiarkan secara alami.

Data dan informasi yang bernilai ilmiah tidak hanya bersumber dari penelitian para Ilmuwan, tetapi juga dapat dikumpulkan oleh masyarakat biasa yang memiliki akses ke sumber informasi di alam. Proses pengumpulan data dan informasi dari mereka yang bukan Ilmuwan inilah yang kemudian sering disebut sebagai Citizen Science. Contoh pendekatan inilah yang ditunjukan oleh The Emirates Natural History Group. Selama 40 tahun terakhir, organisasi yang didirikan oleh 3 orang bukan Ilmuwan tersebut memfasilitasi keterlibatan masyarakat luas untuk dapat terlibat dalam menjaga lingkungan hidup. Mereka mengajak masyarakat untuk berkunjung ke lapangan, mengambil foto, mencatat ciri-ciri flora dan fauna yang ditemukan, serta kemudian memverifikasi dan menyerahkan daftar temuan mereka kepada Badan Lingkungan Hidup.

Data yang telah terverifikasi tersebut kemudian digunakan oleh instansi pemerintah untuk menentukan kebijakan, termasuk pengembangan tata ruang, sebagaimana disebutkan diatas.

Pendekatan seperti ini sebenarnya juga telah dikembangkan dan dilaksanakan di Indonesia. Sebagai contoh, sejak tahun 1989, Wetlands International bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengkoordinir kegiatan Asian Waterbird Census. Melalui kegiatan tersebut, setiap bulan Januari minggu ke 2 – 4, para sukarelawan mencatat kehadiran burung-burung air yang teramati disekitar mereka dan kemudian menyerahkan datanya kepada coordinator nasional. Data tersebut kemudian diverifikasi dan diolah, sehingga kemudian dapat dipergunakan secara ilmiah untuk kepentingan perumusan kebijakan maupun pengembangan strategi pengelolaan kawasan.

(Laporan langsung dari CoP 13 Ramsar, Dubai oleh Yus Rusila Noor)