Straight to content

Migrasi burung adalah perjalanan melelahkan dan berbahaya

Published on:

Rumahku semakin beku saja. Aku, keluargaku dan seluruh warga kampungku dipaksa untuk melakukan evakuasi. Ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Ayahku bilang bahwa kami harus bergerak jauh dari musim yang mengerikan ini.

Ketika monster itu datang….tak ada satupun yang tertinggal. Pasokan makanan kami musnah. Segalanya akan tertutup selimut putih. Sesuatu yang sangat menakutkan. Kami akan bergerak ke suatu tempat. Ibuku bilang tempat itu sangat jauh. Ibu menyebutkan suatu nama tempat tapi saya tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Coba saya ingat lagi !!! Teman-teman saya, Terry dan Mikey sangat riang menghadapi perjalanan ini. Mereka piker ini perjalanan yang menyenangkan. Mungkin mereka harus dikasih tahu. Oh tunggu dulu! Aku baru ingat. Kami akan menuju Malaysia. Saya punya kenalan dalam perjalanan kami tahun lalu. Saya sangat riang untuk bertemu mereka kembali. Kami mengalami waktu bersama yang menyenangkan. Mari kita mulai perjalanan menuju “villa liburan” kita…… (My home’s getting frosty now. Me, my family and our whole tribe are forced to evacuate. It’s not something new to be talked about. It happens every year. Dad told me that we are going far away from a seasonal monster. When that monster comes about…we will have nothing left. Our food supply will be gone. Everything will be cloaked with a white blanket. It’s quite a scary thought. We are going to some kind of place. Mom said it’s a very far place. She told me the name of it but I couldn’t quite remember it. Let me recall! My friends, Terry and Mikey are so excited for the trip. They think it’s a joy ride. Perhaps someone should knock some sense into their heads. Oh wait! I just remembered. We’re going to Malaysia. I made a few friends on our trip there last year. I’m really excited to see them again. We had such a great time together. Let’s start our journey to our “vacation villa”!).

Rangkaian kata diatas adalah cuplikan tulisan dari Preevena Devi Jayabalan, seorang pelajar di SMK King George V, Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia. Tulisan tersebut menerangkan persepsi penulis mengenai perjalanan burung bermigrasi, dari lokasi berbiaknya di timur jauh yang tertutup salju hingga ke bagian selatan bumi. Dalam tulisan lengkapnya, dengan lincah Preevena juga menguraikan bagaimana perjalanan migrasi burung tidak hanya berlangsung secara riang gembira, tetapi juga penuh tantangan yang melelahkan dan membahayakan karena berbagai ancaman di sepanjang perjalanan, terutama kerusakan habitat di tempat tujuan antara.

Tulisan tersebut menjadi demikian istimewa karena memenangkan hadiah pertama dari lomba “ASiS International Essay Writing Competition” yang diadakan oleh SM Sains Alam Shah (ASiS) – Malaysia dengan Wetlands International. Lomba yang mengambil tema “Conserving our natural heritage – wetlands: A global perspective” tersebut diikuti oleh 76 siswa berusia antara 12 – 18 tahun dari 17 negara di Asia dan Afrika, 4 pelajar diantaranya berasal dari Indonesia (Salatiga dan Jakarta). Preevena adalah peserta pada kelompok senior (16 – 18 tahun). Peserta dari Indonesia, Darlene Kawilarang, pelajar Sekolah Lentera Indonesia, Jakarta, menjadi pemenang kedua kategori Junior (12 – 15 tahun) dengan membawakan tulisan berjudul “Mangrove: My favorite type of wetlands”. Darlene menceritakan pengalamannya menjelajahi wilayah mangrove di Pantai Indah Kapuk, Jakarta.

Lomba ini adalah merupakan salah satu cara cerdas untuk mengetahui pandangan pelajar secara global mengenai kondisi lahan basah terkini, serta kesadartahuan mereka terkait berbagai kerusakan yang sedang terjadi, dan solusinya. Bagaimanapun, para pelajar yang kelak akan menjadi pemegang kuasa ilmu dan pengetahuan akan menjadi pelaku utama kebijakan, dan akan menjadi lain ketika dari awal mereka diberikan pemahaman yang cukup mengenai konservasi alam, yang pada Akhirnya untuk kepentingan manusia juga.

Penganugerahan penghargaan akan disampaikan di Kuala Lumpur, 29 September 2017. Untuk informasi lengkap, silakan kunjungi http://asiskl.org/aiwc2017/

(Yus Rusila Noor, Penggiat Konservasi Lahan Basah)