Straight to content

Mangrove Breakthrough : Menuju Impian Program Mangrove Skala Besar di Indonesia

Published on:

Hutan mangrove memiliki berbagai peran penting, di antaranya sebagai penyerap karbon, benteng alami pesisir, serta ekosistem pendukung bagi lingkungan di sekitarnya. Untuk mengamankan masa depan ekosistem penting ini, telah terbentuk sebuah koalisi global bernama Mangrove Breakthrough yang diprakarsai oleh UN High-Level Climate Champions bekerja sama dengan Global Mangrove Alliance (GMA).

Apakah Mangrove Breakthrough itu?

Mangrove Breakthrough adalah koalisi global yang mendorong percepatan aksi kolektif untuk mengamankan masa depan ekosistem mangrove yang penting ini. Hingga saat ini, lebih dari 50 negara (termasuk Mangrove Action for Climate) dan lebih dari 40 mitra non-negara telah mendukung inisiatif ini. Tujuan utama dari Mangrove Breakthrough adalah melestarikan dan memulihkan 15 juta hektar hutan mangrove di seluruh dunia pada tahun 2030 melalui aksi kolektif untuk mengurangi hilangnya mangrove, memulihkan setengah dari kehilangan mangrove yang terjadi saat ini, melipat gandakan perlindungan mangrove di seluruh dunia, dan memastikan pendanaan jangka panjang yang berkelanjutan untuk pengelolaan mangrove. Mangrove Breakthrough diprakarsai oleh UN High-Level Climate Champions bekerja sama dengan Global Mangrove Alliance (GMA).

Mangrove sebagai sumber mata pencaharian (© Apri S.A. / Wetlands International Indonesia)

Global Mangrove Alliance (GMA)

Global Mangrove Alliance atau GMA merupakan kolaborasi yang berupaya menyatukan lembaga swadaya masyarakat, pemerintah, ilmuwan, swasta, masyarakat lokal, dan penyandang dana untuk mencapai tujuan bersama dalam melestarikan dan memulihkan ekosistem mangrove. Sejak peluncurannya pada World Ocean Summit 2018, pendekatan kolaboratif GMA telah meningkatkan kemampuan dalam pendanaan, promosi penelitian ilmiah, penguatan manajemen dan tata kelola pesisir, pendidikan, pengurangan risiko bencana, kebijakan mitigasi dan adaptasi iklim, serta percepatan konservasi dan restorasi mangrove skala besar. Saat ini, GMA dikoordinasikan oleh Conservation International, The International Union for the Conservation of Nature, The Nature Conservancy, Wetlands International, dan World Wildlife Fund, dengan lebih dari 60 anggota di seluruh dunia.

Tiga tujuan utama Global Mangrove Alliance di tingkat global adalah: 1) Halt loss: mengurangi kehilangan mangrove yang disebabkan oleh tindakan langsung manusia, 2) Restore half: mengembalikan hutan mangrove setidaknya setengah dari seluruh kehilangan yang terjadi saat ini, dan 3) Double protection: memastikan perlindungan jangka panjang yang aman meningkat dari 40% menjadi 80% dari mangrove yang tersisa.

GMA menyadari bahwa untuk dapat mencapai tujuan yang ambisius tersebut memerlukan dukungan tindakan di tingkat lapangan untuk mengurangi kehilangan, meningkatkan perlindungan, dan mempromosikan restorasi mangrove berbasis ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, GMA membentuk cabang-cabang nasional di beberapa negara, dengan tujuan untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan di lapangan guna mendukung tujuan nasional dan global. GMA Chapter Indonesia dibentuk pada 4 November 2022, yang beranggotakan tiga organisasi, yaitu Wetlands International Indonesia, Konservasi Indonesia, dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara. Saat ini, GMA Chapter Indonesia telah bekerja pada bidang konservasi dan rehabilitasi mangrove dengan mendorong praktik cerdas di beberapa wilayah di Indonesia, serta turut berkontribusi pada beberapa pengembangan dokumen kebijakan terkait pengelolaan ekosistem mangrove di Indonesia.

Mobilizing the Mangrove Breakthrough Indonesia

GMA mengembangkan program Mobilizing the Mangrove Breakthrough dengan tujuan untuk membekali mitra GMA di tingkat global, regional, dan nasional untuk menerjemahkan tujuan global Mangrove Breakthrough ke dalam aksi nyata. Guna mencapai tujuan tersebut, GMA memobilisasi aksi skala besar di sejumlah negara target awal melalui penjajakan peluang dan kebutuhan kolektif, membangun daftar inisiatif yang dapat didanai, dan memanfaatkan perpaduan sumber pendanaan. Sebagai salah satu dari tiga negara terpilih, GMA Chapter Indonesia sedang mengembangkan country proposition untuk target pendanaan sebesar USD 30-50 juta. Proposal ini harus dibangun secara komprehensif dari seluruh negeri, serta dirancang dan dipimpin secara lokal, yang kemudian akan menjadi peta jalan dalam perlindungan dan pengelolaan mangrove secara berkelanjutan dalam skala besar di Indonesia.

Muatan utama dari country proposition pada bagian usulan program adalah konteks nasional yang meliputi status mangrove terkini, ancaman dan peluang, tata kelola, pemangku kepentingan, serta hambatan dalam peningkatan konservasi dan restorasi mangrove di Indonesia. Berikutnya adalah lanskap prioritas yang berpotensi menjadi target lokasi kegiatan di Indonesia, lengkap dengan informasi karakterisasi umum dan ancamannya di masing-masing lanskap tersebut. Muatan yang terakhir adalah pendekatan serta hasil yang ingin dicapai program, yang meliputi mobilisasi kemitraan mangrove di tingkat nasional, inkubator investasi, dialog dan komunikasi kebijakan, pengembangan pengetahuan, penguatan kapasitas, dan dukungan implementasi di lanskap mangrove utama.

Perkembangan Program

Hingga Maret 2025, program Mobilizing the Mangrove Breakthrough Indonesia telah melaksanakan 2 lokakarya konsultasi publik pada 5-6 November 2024 dan 25-27 Februari 2025. Lokakarya pertama bertujuan untuk memverifikasi isu-isu utama, hambatan, peluang dan stakeholder kunci terkait upaya konservasi dan restorasi mangrove di Indonesia. Sementara lokakarya kedua bertujuan mengumpulkan masukan dan umpan balik dari para pemangku kepentingan tingkat nasional dan daerah terkait potensi lanskap prioritas, mekanisme investasi dan pembiayaan berkelanjutan, kebijakan dan komunikasi, pengelolaan pengetahuan, penguatan kapasitas, serta implementasi konservasi dan restorasi mangrove di tingkat lanskap. Hasil lokakarya tersebut digunakan untuk pengembangan country proposition Indonesia untuk mencapai target pendanaan ambisius tersebut. Peserta yang hadir pada kedua lokakarya tersebut mewakili lembaga pemerintah (nasional dan daerah), lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi internasional, universitas, dan sektor swasta.

Ditulis oleh :

Apri Susanto Astra

Programme Coordinator Coast and Delta