Straight to content

Lokakarya Konsultasi Pengelolaan Mangrove Menuju Country Proposition Indonesia

Published on:

Hutan mangrove memiliki berbagai peran penting, di antaranya sebagai penyerap karbon, benteng alami pesisir, serta ekosistem pendukung bagi lingkungan di sekitarnya. Indonesia dengan hutan mangrove seluas 3,4 juta hektar (Peta Mangrove Nasional, 2023) menjadi harapan penting dalam menjaga resiliensi sistem sosial-ekonomi-ekologi dan pengendalian perubahan iklim dunia.

Di sisi lain, meskipun kecenderungannya semakin menurun, Indonesia mengalami ancaman deforestasi mangrove yang cukup tinggi, yaitu 52.000 hektare per tahun pada periode 1980 – 2005 dan 26.121 hektare selama kurun waktu 2015 – 2020 (Satya et al. 2022). Penurunan signifikan luasan hutan mangrove tersebut utamanya disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi tambak sejak tahun 1980-an. Diperlukan waktu lama untuk mengembalikan hutan mangrove yang telah hilang tersebut melalui upaya restorasi yang berhasil. Sebagai sebuah negara yang merupakan rumah bagi mangrove terluas di dunia, Indonesia perlu memperkenalkan sebuah inisiasi terobosan dalam pengelolaan mangrove berkelanjutan.

Guna memverifikasi isu-isu terkait upaya konservasi dan restorasi mangrove di Indonesia, serta mengumpulkan masukan dari para pemangku kepentingan, baik tingkat nasional maupun daerah, Global Mangrove Alliance (GMA) chapter Indonesia, yang beranggotakan Wetlands International Indonesia, Konservasi Indonesia, dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara, menyelenggarakan lokakarya bertajuk “Konsultasi Pengelolaan Mangrove Menuju Usulan Negara Indonesia”.

Lokakarya yang diselenggarakan pada 5 – 6 November 2024 di Bogor tersebut berhasil mempertemukan berbagai kelompok pemangku kepentingan yang relevan dengan program konservasi dan restorasi mangrove di Indonesia. Perwakilan pemerintah pusat dan daerah terkait, akademisi, peneliti, lembaga swadaya masyarakat, serta pihak swasta berpartisipasi memberikan masukan dan informasi pada acara yang dihelat secara tatap muka dan daring tersebut.

GMA mengembangkan program Mobilizing the Mangrove Breakthrough (MMB) yang bertujuan untuk membekali anggota-anggotanya, baik di tingkat global, regional, maupun negara, agar dapat menerjemahkan tujuan global MMB ke dalam aksi nyata. GMA memobilisasi aksi skala besar di sejumlah negara target melalui penjajakan peluang dan kebutuhan kolektif, membangun daftar inisiatif yang dapat didanai, dan memanfaatkan sumber pendanaan gabungan (blended financing).

Indonesia sebagai salah satu dari tiga negara terpilih, mengembangkan country proposition dengan target fund-raising sebesar USD 30 – 50 juta. Proposal ini harus dibangun secara komprehensif yang dirancang dan dipimpin secara lokal, kemudian akan menjadi peta jalan dalam perlindungan dan pengelolaan mangrove secara berkelanjutan dalam skala besar di Indonesia.

Mariski Nirwan, perwakilan GMA chapter Indonesia dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara, dalam sambutan pembukaannya menyampaikan bahwa pendanaan jangka panjang sangat penting guna menjamin keberhasilan dan keberlangsungan upaya konservasi dan rehabilitasi mangrove di Indonesia. Sementara itu Apri Susanto, perwakilan Wetlands International Indonesia, yang juga merupakan koordinator GMA chapter Indonesia, memaparkan bahwa upaya konservasi dan pengelolaan mangrove yang berkelanjutan mustahil untuk terealisasi tanpa adanya kerja sama dan kolaborasi yang kuat dari berbagai pihak terkait. Pada sesi penutupan, Susan Lusiana, dari Konservasi Indonesia, menjelaskan bahwa hasil dari lokakarya tersebut akan menjadi acuan penting bagi GMA chapter Indonesia dalam menyusun langkah dan rencana aksi selanjutnya. Selain itu, Susan juga menegaskan bahwa Mangrove Breaktrough menjadi peluang bagi Indonesia dalam mengakses pendanaan global untuk perlindungan dan pengelolaan mangrove jangka panjang, untuk itu perlu ada langkah bersama yang terintegrasi dalam menyusun rencana perlindungan dan pengelolaan mangrove tersebut.

Secara global, ada tiga isu utama yang menjadi sasaran dari konsorsium GMA, yaitu:

  1. mengurangi kehilangan mangrove yang disebabkan oleh tindakan langsung manusia (Halt loss),
  2. mengembalikan hutan mangrove setidaknya setengah dari seluruh kehilangan yang terjadi saat ini (Restore half), dan
  3. memastikan perlindungan jangka panjang yang aman meningkat dari 40% menjadi 80% dari mangrove yang tersisa (Double protection).

Program Mobilizing the Mangrove Breakthrough merupakan salah satu program strategis dalam mengupayakan pelestarian dan pemulihan mangrove dunia. Dengan dukungan semua pihak dan berbagai inisiasi lainnya, bukan tidak mungkin jika target 15 juta hektare hutan mangrove di seluruh dunia di tahun 2030 akan terpulihkan dan terkelola secara berkelanjutan. Mari bergerak bersama!

Referensi :

Satya et al. 2022. Strategi Nasional Pengelolaan Lahan Basah: Ekosistem Gambut dan Mangrove. Kementerian PPN/Bappenas RI. Jakarta.

Dilaporkan oleh: Tim Komunikasi, Global Mangrove Alliance (GMA) chapter Indonesia