Pembinaan Kesadaran Penanggulangan Bencana Bagi Relawan PMI

Home » Berita » Pesisir dan delta » Ketahanan pesisir » Pembinaan Kesadaran Penanggulangan Bencana Bagi Relawan PMI
Berita

Gunung Pancar, Jawa Barat – Head of office WII Nyoman Suryadiputra berbagi pengalaman terkait mitigasi bencana dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan gambut pada lokakarya temu relawan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) PMI, 18 September 2017. Acara yang bertema “Siaga, Peduli, Tangguh” ini dihadiri sekitar 1. 500 relawan SIBAT PMI dari seluruh penjuru Indonesia.

Pada sesi tanya-jawab lokakarya, relawan dari Ternate menyampaikan tiga hal yang menjadi permasalahan dalam rehabilitasi ekosistem mangrove di Ternate yakni pelibatan masyarakat, pendanaan, dan persoalan sampah. Selain dari Ternate, relawan dari beberapa daerah lain, termasuk Karawang dan Wonogiri, turut menyampaikan permasalahan bencana di wilayah masing-masing. Termasuk di antaranya abrasi tepi sungai dan ancaman bencana kekeringan akibat adanya rencana pembangunan pabrik semen di wilayah karst.

Menanggapi hal tersebut Nyoman menyampaikan perlunya kreatifitas untuk dapat membaca ancaman dan mengidentifikasi solusi dalam menghadapi ancaman tersebut, serta perlunya inisiatif dari masyarakat setempat dalam memberdayakan potensi lokal. “Tidak perlu menunggu anggaran dari pemerintah, lakukan terlebih dahulu apa yang bisa dilakukan masyarakat dengan memberdayakan potensi lokal”, ungkap Nyoman. Pria kelahiran Bali ini kemudian mencotohkan beberapa praktek yang dilakukan oleh WII bersama masyarakat desa Sawah Luhur, Banten, dalam upaya pemerangkapan sedimen untuk mengurangi laju abrasi dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh sehari-hari seperti jaring ikan, bambu, dan karung berisi pasir yang ditumpuk-tumpuk. Saat ini Sawah Luhur telah mulai dikembangkan oleh masyarakat setempat sebagai lokasi ekowisata yang juga berfungsi membangkitkan perekonomian lokal.

Menanggapi persoalan sampah yang sempat disebutkan dalam diskusi, pengurus pusat PMI bidang penanggulangan bencana, Letjend. TNI (Purn.) Sumarsono, salah satu narasumber dalam lokakarya ini, setuju bahwa sampah menjadi salah satu masalah dalam upaya rehabilitasi mangrove sebagai langkah mitigasi bencana. Sampah dari hulu yang bermuara di pantai dapat menjadi salah satu penyebab matinya ekosistem mangrove yg selama ini berperan penting dalam mengurangi risiko bencana di kawasan pesisir. “Urusan sampah ini harus dimulai dari diri kita sendiri, lakukan dari hal yang kecil. Kalaupun tidak tersedia tempat sampah, maka masukkan saja dulu ke dalam saku, lalu buang apabila sudah menemukan tempat sampah.”

Lokakarya ini membangun pemahaman para relawan SIBAT dalam konteks penangananan bencana secara holistik, yang berbasiskan sumberdaya lokal untuk mengurangi risiko bencana, dengan cara memperhatikan serta menjaga lingkungan sekitar. Dibutuhkan kerja sama semua pihak termasuk pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat untuk mewujudkan ekosistem yang sehat dan masyarakat yang tangguh.

(Dilaporkan oleh Susan Lusiana dan Maulyati Slamet)