Kunjungan Kelompok Kerja Perencanaan BRGM (Badan Restorasi Gambut dan Mangrove) Di Desa Tambakbulusan dan Betahwalang

Home » Berita » Pesisir dan delta » Konservasi lahan basah pesisir » Kunjungan Kelompok Kerja Perencanaan BRGM (Badan Restorasi Gambut dan Mangrove) Di Desa Tambakbulusan dan Betahwalang
Berita

Kabupaten Demak, 23 Juli 2022. Kelompok kerja perencanaan-BRGM telah melakukan kunjungan ke Demak, salah satu lokasi percontohan program BwN. Tujuan kunjungan ini adalah untuk mengetahui dan menambah informasi dari lapangan untuk bahan pembuatan dokumen rancangan rehabilitasi mangrove.  Dalam kunjungan ini tim BRGM juga melibatkan pihak konsultan Hatfield dan perwakilan dari Word Bank (WB).

1. Kunjungan ke Desa Tambakbulusan

Kunjungan ke lokasi wisata Istana Tambakbulusan (Istambul) dengan mengamati hutan mangrove yang ada, mengidentifikasi jenis-jenis mangove dan melihat kondisi sungai dan lahan tanam. Ada abrasi pantai yang cukup besar yang merusak asset wisata seperti toilet, gazebo yang terendam air di beberapa sisinya. Kemudian tim berdiskusi di ruang pertemuan yang ada di lokasi wisata. Dalam diskusi ini, dipandu oleh ketua Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) Tambakbulusan dan dihadiri oleh kelompok Jaya Bhakti. Ketua Bumdes, menjelaskan potensi mangrove untuk wisata alam. Wisata saat ini mengalami penurunan dikarenakan imbas dari covid, saat ini masih berbenah setelah covid mereda.

Ketua kelompok Jaya Bhakti, ikut memberikan informasi pengalamannya dalam kegiatan rehabiitasi mangrove melalui kegiatan : 1) pembuatan perangkap sedimen sederhana dengan bambu, 2) pengelolaan tambak AMA dan 3) budidaya inovasi dari tambak. Mangrove mempunyai manfaat yang ganda, selain memperbaiki lingkungan pesisir juga tak kalah pentingnya dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya tambak, dari hasil panen udang windu, bandeng, dan kepiting, timpal beliau.

Dari Konsultan Hatfiled,  menilai bahwa untuk melakukan rehabilitasi mangrove, yang perlu ditekankan adalah menentukan lokasi yang sesuai untuk tumbuhnya mangrove, mempelajari referensi dari hutan mangrove yang ada di sekelilingnya, mempelajari kesesusaian elevasi tumbuhnya mangrove. Lokasi yang sudah cocok tumbuh mangrove maka akan tumbuh mangrove secara alami, anakan atau bibit mangrove akan datang dan tumbuh tidak perlu ditanam. Ditambahkan pula bahwa penanaman tidak perlu dilakukan pada lokasi yang sudah terjadi suksesi alami, dan dapat dilakukan pengkayaan jenis sesuai hutan referensi. Dari BRGM menginformasikan bahwa kegiatan ini akan menjadi masukan penting bagi penyusunan rancangan teknis rehabiltiasi mangrove BRGM, yang saat ini masih berproses untuk penyusunannya. Dari perwakilan Wetlands International, mengharapkan agar ada kerja sama dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat, salah satunya dengan mekanisme pembiayan Biroigths (dana pinjaman bergulir yang akan berubah menjadi Hibah, setelah kelompok berhasil melakukan rehabilitasi mangrove).

2. Kunjungan ke Desa Betahwalang

Pertemuan dengan pengurus kelompok Sido Makmur, hadir dalam acara tersebut Ketua Forum Bintoro Demak dan anggota kelompok. Ketua kelompok Sido Makmur, menjelaskan tentang perjalanan kelompok berkenalan dengan program BwN sampai dengan berhasil menyelesaikan program. Menjelaskan secara detail, melalui dokumentasi foto dalam album kepada tamu mulai dari kegiatan sosialisasi, pembuatan kesepakatan kerjasama, sekolah lapang, implementasi tambak, pembuatan perangkap sedimen, pembuatan tambak AMA dan monitoring evalusasi Biorigths.

Wetlands International Indonesia, dalam pertemuan tersebut menyampaikan tentang bagaimana kuatnya kelompok dalam melakukan rehabilitasi mangrove sehingga kompensasi pinjaman bersyarat bisa menjadi Hibah.

Setelah diskusi dengan kelompok, selanjutnya mengunjungi ke lokasi Hydbrid Engineering di desa Purworejo yang dibangun oleh KKP tahun 2017. Kondisi sedimen cukup bagus, dan tanaman mangrove alami mampu tumbuh dengan lebat di arel tersebut. Kelompok Purwo Gumilar juga ikut merawat dan memelihara hybrid tersebut, dan melakukan uji coba membuat guludan dari bambu. Kondisi mangrove alami setelah lebih dari 3 tahun, ditumbuhi 3 jenis mangrove yaitu yang dominan adalah Avicennia sp, Rhizophora sp dan Sonneratia sp.

Efektivitas dari pembangunan  struktur hybrid engineering mampu memerangkap sedimen dan mendatangkan mangrove alami di sekitarnya, burung kuntulpun  sudah mulai mendiami di dalam habitat tersebut. Ekosistem mangrove terlihat nyata tumbuh di lokasi ini.

Kemudian dilanjutkan melihat lokasi green belt mangrove, hasil dari intervensi kelompok Sido Makmur yaitu pembuatan perangkap sedimen dengan bahan bambu dan jaring. Perangkap sedimen berhasil mendatangkan lumpur dan menumbuhkan mangrove secara alami. Bambu dan jaring dipasang di pinggir pantai dan selanjutnya proses sedimentasi terjadi.

Di atas perahu, di areal ini dilakukan diskusi intensif mulai dari kegiatan rehabilitasi mangrove sampai pada pebuatan perdes pesisir.

Perjalanan dilanjutkan menuju ke lokasi tambak Assosiated Mangrove Aquaculture, kelompok menjelaskan bagaimana proses pemindahan tanggul tambak dilakukan, bagaimana bibit mangrove dapat masuk ke dalam tambak melalui pintu tambak, dan terjadinya sedimentasi setelah pintu tambak dibuka setelah tanggul dipindah lebih kedalam 20-50 meter.