Peringati Hari Mangrove Sedunia, Global Mangrove Alliance (GMA) kenalkan platform Global Mangrove Watch untuk pemantauan dan pengelolaan ekosistem mangrove
-
Ketahanan pesisir
-
Konservasi lahan basah pesisir
Penulis: Woro Yuniati
Dalam rangka memperingati Hari Internasional untuk Konservasi Ekosistem Mangrove 26 Juli 2023, Wetlands International Indonesia, bersama-sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), dan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (KI), yang tergabung dalam konsorsium Global Mangrove Alliance (GMA) Chapter Indonesia bekerjasama dengan Indonesia Mangrove Society (IMS), menyelenggarakan kegiatan “Pengenalan dan Pelatihan Penggunaan Platform Global Mangrove Watch (GMW) untuk Pemantauan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove”. Bertempat di Hotel Savero Style, Bogor pada tanggal 26 – 27 Juli 202, kegiatan diikuti oleh 48 orang peserta terpilih dari seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua, yang merupakan perwakilan instansi pemerintah, peneliti dan akademisi, LSM, organisasi berbasis masyarakat dan sektor swasta. Pelatihan dipandu oleh para ahli dari Wetlands International Indonesia, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), dan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (KI).
GMA merupakan wadah kolaborasi atau aliansi yang mempertemukan berbagai organisasi, pemerintah, industri, dan masyarakat guna mencapai tujuan bersama dalam pelestarian dan pemulihan ekosistem mangrove di seluruh dunia. Didirikan pada Juni 2018, secara global tim inti GMA terdiri dari Conservation International, International Union for Conservation of Nature (IUCN), The Nature Conservancy, Wetlands International, dan World Wild Fund (WWF). Pembentukan GMA bertujuan untuk: 1) mengurangi laju degradasi dan deforestasi mangrove, 2). menerapkan rehabilitasi mangrove berbasis ilmu pengetahuan, dan 3). membangun kesadartahuan. Program kerja GMA antara lain pembentukan chapter Indonesia, dialog kebijakan, knowledge management, peningkatan kapasitas, dan implementasi rehabilitasi mangrove di tingkat tapak. Melalui inisiatif tersebut, GMA memiliki target ambisius untuk meningkatkan tutupan mangrove global sebesar 20% pada tahun 2030.
GMA chapter Indonesia dibentuk pada November 2022, berdasarkan inisiatif tiga organisasi yaitu Wetlands International Indonesia (juga dikenal Yayasan Lahan Basah), Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), dan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (KI). Tujuan dibentuknya GMA Indonesia adalah menciptakan sinergitas dan keselarasan kegiatan antar pemangku kepentingan, serta mendukung segala hal yang berkaitan dengan upaya perlindungan dan pemulihan ekosistem mangrove di Indonesia. Ketersediaan data yang baik akan memberikan informasi yang berkualitas dan menjadi kunci dalam melaksanakan pengelolaan mangrove melalui perencanaan yang tepat.
Guna mendukung pengelolaan data mangrove di seluruh dunia, GMA mengembangkan sebuah platform pengelolaan data mangrove yang dapat diakses secara terbuka, yang diberi nama Global Mangrove Watch (GMW). Data dan informasi yang tersedia pada platform tersebut dapat digunakan dalam mendukung kegiatan konservasi dan restorasi mangrove, termasuk untuk pengembangan perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta mempromosikan perlindungan dan pengelolaan ekosistem mangrove secara berkelanjutan. Platform tersebut melengkapi data mangrove yang sudah ada, baik yang dikembangkan oleh pemerintah, maupun pelaku kegiatan konservasi mangrove lainnya. Informasi lebih lengkap tentang Global Mangrove Watch dapat dibaca pada https://www.globalmangrovewatch.org/
Dalam sambutannya, Direktur Wetlands International Indonesia, Yus Rusila Noor, menjelaskan bahwa sejarah peringatan Hari Internasional untuk Konservasi Ekosistem Mangrove bermula ketika seorang aktivis lingkungan terkena serangan jantung dan meninggal ketika sedang mengikuti protes pembangunan tambak udang di Ekuador yang diperkirakan akan merusak ekosistem mangrove di wilayah tersebut. Tepat 17 tahun kemudian, Sidang Umum UNESCO menetapkan 26 Juli sebagai Hari Internasional untuk Konservasi Ekosistem Mangrove, atas usulan perwakilan negara Ekuador. Beliau juga menambahkan tentang pentingnya pelaksanaan pelatihan platform GMW tersebut mengingat tingginya kebutuhan untuk menggunakan data dan informasi yang terukur dalam mengelola dan melaksanakan pemulihan mangrove di Indonesia.
Pelatihan tersebut bertujuan untuk mengenalkan platform GMW dan cara penggunaannya, sebagai alat bantu dalam pengelolaan data mangrove untuk perencanaan dan pengelolaan ekosistem mangrove. Kemudian, kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk menjaring informasi dan masukan terhadap penyempurnaan platform GMW serta pembaruan data dan informasi mangrove di Indonesia agar dapat bersinergi dengan data yang sudah tersedia.
Pada hari pertama, peserta mempelajari tentang pengenalan penggunaan platform GMW. Materi yang dibahas meliputi fitur-fitur yang tersedia dan cara penggunaannya, seperti sebaran mangrove dan lokasi yang terdegradasi, tingkat kelayakan untuk kegiatan pemulihan dan dasbor kebijakan iklim untuk setiap negara. Pada hari ke-dua, peserta mempelajari tentang penggunaan Mangrove Restoration Tracker Tool (MRTT). MRTT merupakan fitur untuk memonitor aktivitas pemulihan mangrove yang dapat diisi oleh pengguna yang melakukan kegiatan pemulihan mangrove. Agar peserta dapat menerapkan penggunaan platform GMW dengan baik, para trainer memberi studi kasus untuk dikerjakan oleh peserta. Dalam studi kasus tersebut, peserta mensimulasikan penggunaan platform GMW dalam penyusunan rencana pemulihan dan pengelolaan ekosistem mangrove sesuai dengan skenario yang diberikan. Pada kesempatan tersebut, peserta juga mendapatkan penjelasan dari pengembang platform Monmang, I Wayan Eka Dharmawan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Aplikasi MonMang merupakan aplikasi ramah pengguna yang menerapkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk memonitor hutan mangrove sehingga dapat diketahui indeks kesehatannya.
Selama pelatihan, peserta yang berasal dari berbagai elemen turut memberikan masukan yang berharga untuk penyempurnaan fitur-fitur pada platform GMW. Para peserta merekomendasikan agar kualitas data dan informasi yang dikembangkan pada platform GMW dapat terus diperbaharui, berkolaborasi dengan para pihak di tingkat provinsi hingga tingkat tapak. Dalam kesempatan tersebut, Apri Susanto Astra, koordinator GMA chapter Indonesia menyampaikan bahwa platform GMW masih akan terus disempurnakan agar dapat diterapkan secara akurat dan andal sesuai kebutuhan para pihak yang terlibat dalam konservasi dan rehabilitasi ekosistem mangrove, khususnya di Indonesia. Platform tersebut akan terus dikembangkan dengan mempertimbangkan berbagai masukan yang membangun dari para pihak yang berkompetensi.