Straight to content

PRESS RELEASE : “Building with Nature” Perlihatkan Keberhasilan Adaptasi Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir Indonesia

Published on:
  • Ketahanan pesisir
  • Konservasi lahan basah pesisir

Indonesia, 19 November 2020 — Indonesia menunjukkan keberhasilan awal dalam pelaksanaan pendekatan Membangun bersama Alam atau Building with Nature (BwN) guna mengatasi erosi pesisir yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan konsorsium Wetlands International dan Ecoshape mempresentasikan berbagai keberhasilan sekaligus tantangan yang dihadapi dalam penerapan pendekatan iniselama 5 tahun di pesisir utara Jawa Tengah. Berbekal pengalaman tersebut, BwN Indonesia saat ini menjajaki kemungkinan penerapan pendekatan tersebut guna melakukan percepatan aksi adaptasi di wilayah Asia.

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Dr. Hendra Yusran Siry, Sekretaris Ditjen Pengelolaan Ruang Laut, menyampaikan harapannya agar di masa depan pendekatan Building with Nature bersama dengan pendekatan lainnya, dapat memberikan kontribusi nyata terhadap ambisi Indonesia terkait dengan adaptasi perubahan iklim. Dan lebih penting, juga meningkatkan ketangguhan masyarakat pesisir. “Kami mengundang komunitas global, khususnya investor global dan regional serta institusi finansial, untuk memberikan dukungan hijau dalam mengembangkan dan melaksanakan pendekatan pembangunan yang lebih ramah lingkungan dan multi-manfaat, sehingga dapat melakukan percepatan adaptasi secara global”, ungkap Hendra.

Untuk mengatasi erosi pesisir yang terjadi di wilayah Demak, Jawa Tengah, sekitar 9 kilometer struktur semipermeabel (semi-tembus) menyerupai bendungan telah dibangun guna memerangkap sedimen dan kemudian menjadi habitat yang memungkinkan mangrove dapat tumbuh secara alami. Pembangunan ini melibatkan kelompok masyarakat secara aktif. Kegiatan di lapangan juga dibarengi dengan penerapan praktik budidaya perikanan yang berkelanjutan melalui Sekolah Lapang Pesisir. Serangkaian upaya ini telah membantu perbaikan kualitas ekosistem mangrove serta pada saat yang sama meningkatkan mata pencaharian masyarakat sekaligus. Hal ini memberikan harapan bagi masyarakat pesisir yang terdampak erosi sejak awal tahun 2000-an, termasuk beberapa kampung yang harus ditinggalkan karena tergenang air laut.

Program yang dikelola oleh Kementerian KKP, Kementerian PUPR, serta konsorsium Wetlands International dan Ecoshape bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Demak, merupakan kerja sama para ahli di bidang rekayasa, ekologi, budidaya perikanan, pengembangan masyarakat dan tata kelola lingkungan. Kelompok masyarakat setempat terlibat penuh dalam kegiatan, mulai dari desain proyek, pelaksanaan program hingga pemantauan dan evaluasi. Para pemilik tambak juga telah merelakan sebagian tambak budidayanya untuk dikonversi menjadi jalur hijau mangrove sebagai timbal balik dari dukungan dalam peningkatan mata pencaharian mereka. Dukungan dari Pemerintah Desa dalam bentuk Peraturan Desa sangat membantu berbagai inisiatif masyarakat di tingkat tapak untuk dapat melaksanakannya secara berkelanjutan. Masyarakat juga memiliki keleluasaan untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Saat ini tanggung jawab pengelolaan program telah diambil alih oleh kelompok masyarakat.

Berbagai program sosial-ekonomi yang dijalankan telah berjalan baik sebagai katalis untuk terjadinya dialog dan kerja sama antar masyarakat maupun antar kelompok masyarakat di desa-desa yang terlibat. Masyarakat mulai menyadari pentingnya konservasi mangrove sebagai ikhtiar untuk perlindungan pesisir sekaligus sumber mata pencaharian baru. Kami masih mengharapkan semakin banyak anggota masyarakat yang bisa terlibat, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam kelompok masyarakat yang telah ada sekarang”, tegas Yus Rusila Noor, Project Manager Building with Nature Yayasan Lahan Basah.

Tantangan belum selesai meskipun hasil baik telah terlihat di beberapa lokasi. Sedimen sudah mulai terkumpul dan mangrove sudah mulai tumbuh secara alami. Sayangnya, di beberapa lokasi lumpur yang baru terkumpul mengalami penurunan sebagai dampak amblesan tanah (land subsidence) yang ditengarai sebagai akibat dari pengambilan air tanah yang berlebihan untuk keperluan industri dan kebutuhan lainnya di Semarang dan Demak. Restorasi ekosistem mangrove yang kami lakukan dipercaya telah memperlambat dampak yang timbul serta dapat menyiapkan masyarakat pesisir untuk beradaptasi.

Kementerian KKP telah mereplikasi pendekatan Membangun bersama Alam di 13 kabupaten dengan total panjang 23,5 kilometer, sementara Kementerian PUPR telah membuat panduan terkait rekayasa sipil. Program ini juga telah melakukan pelatihan terhadap delapan universitas dan institusi pengetahuan di Indonesia, untuk membangun kapasitas generasi baru para insinyur, ahli ekologi, pemerintah dan institusi investasi.

Pemerintah Belanda, melalui perwakilannya di Kedutaan Besar di Indonesia, Ardi Stois-Braken, mengapresiasi peran Pemerintah Indonesia sebagai perintis penerapan Membangun Bersama Alam. Program inovatif yang dilaksanakan di Demak ini telah menunjukkan hasil luar biasa dan memberikan pelajaran penting. Pemerintah Belanda juga akan terus melanjutkan dukungannya kepada Indonesia melalui berbagai program. “Ini adalah salah satu contoh terpenting dari Solusi Berbasis Alam untuk perlindungan wilayah pesisir di Asia”, ungkapnya.

Dengan berbagai pengalaman internasional yang telah dijalankan selama 5 tahun terakhir, BwN Indonesia akan membawa dan membagikan pengalaman tersebut ke wilayah tingkat Asia serta menggalang kerja sama dengan negara India, Filipina, Malaysia, Tiongkok, dan negara-negara lainnya. Hal ini akan meningkatkan ketangguhan di wilayah pesisir, perkotaan dan daerah aliran sungai.

 

Dokumentasi Webinar ‘Accelerating Adaptation through Building with Nature in Indonesia

 Foto: https://drive.google.com/drive/folders/1HRwZy59mQnYBW0Yy2wubg0nhudb9Vka-?usp=sharing

Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=6LvbqkVbt7Q&t=6247s

Tautan terkait BwN Indonesia: