Straight to content

International Conference on Sustainable Mangrove Ecosystem

Published on:
  • Ketahanan pesisir
  • Konservasi lahan basah pesisir

Sebagai tindak lanjut dari World Forest Congress 2015 di Durban, Afrika Selatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama dengan ITTO dan ISME mengadakan pertemuan International Conference on Sustainable Mangrove Ecosystem in Bali, 18-21 April 2017.

Konferensi ini ditujukan untuk mempromosikan pengelolaan ekosistem mangrove melalui pertukaran pengalaman dan pengetahuan terkait dengan perlindungan, restorasi, pengelolaan dan pemanfaatan mangrove secara berkelanjutan. Selama pertemuan, sekitar 200 peserta dari 19 negara di Asia Pasifik, Afrika dan Amerika Latin, akan mendiskusikan berbagai pengalaman, kesempatan dan tantangan dari berbagai hal diatas.

Dalam sambutan pembukaannya, Gubernur Bali yang diwakili oleh Wakil Gubernur menyampaikan mengenai dampak perubahan iklim dalam pengelolaan kosistem mangrove di tingkat lokal. Sementara Prof Sanit Aksornkoae, Presiden International Society for Mangrove Ecosystem, menekankan kepentingan mangrove bagi masyarakat sekaligus kepentingan masyarakat bagi mangrove. Dr Steven Johnson, Office-in-charge ITTO menjelaskan partisipasi ITTO dalam konservasi mangrove, termasuk pembuatan peta global mangrove. Sambutan terakhir disampaikan oleh Dr. Manual Sobral Filho, Direktur UNFF, yang menguraikan mengenai UN Strategic Plan for Forest, termasuk target untuk perbaikan hutan di dunia.

Pembukaan konfeerensi dilakukan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang diwakili oleh Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung, Dr. Hilman Nugroho. Beliau menguraikan mengenai hilangnya 5-6% luasan mangrove setiap tahun di Indonesia atau setara dengan sekitar 200.000 ha per tahun. Untuk itu, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan, termasuk Perpres 73/2012 mengenai Strategi Nasional Pengelolaan Mangrove dan himbauan untuk menggunakan 10% dari dana CSR untuk rehabilitasi mangrove. Terdapat 7 arahan Menteri KLHK untuk konferensi ini, yaitu:

1. Tetapkan kebijakan dan kerangka regulasi sesuai dengan kondisi lokasi
2. Mendorong pemanfaatan mangrove yang berkelanjutan
3. Meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan mangrove dengan melibatkan masyarakat
4. Batasan jelas mengenai kegiatan penebangan kayu, dan jika diperlukan bisa distop
5. Meningkatkan produktifitas mangrove dengan memanfaatkan teknologi
6. Memperkuat kerjasama international untuk kegiatan rehabilitasi mangrove
7. Penegakan hukum yang adil dan transparan.

Dalam konferensi internasional ini, Wetlands International Indonesia diundang sebagai pembicara dan raporteur serta drafting team untuk dekalarasi konferensi. Selain itu, Wetlands International Indonesia bekerjasama dengan Mangrove for the Future mengisi pameran publikasi dan bahan-bahan penyuluhan terkait mangrove.

dilaporkan oleh Yus Rusila Noor, Head of Programme Wetlands International Indonesia