Press release : Indonesia dan Belanda meluncurkan inisiatif penyelamatan pesisir di Jawa
-
Ketahanan pesisir
3 Maret, Jakarta – Hari ini pemerintah Belanda dan Indonesia meluncurkan inisiatif kemitraan multi-jutapublik dan swasta yang komprehensif selama lima tahun untuk meningkatkan keselamatan pesisir di tepi utara Pulau Jawa. Inisiatif ini bertujuan membangun kawasan pesisir yang stabil dengan risiko erosi rendah melalui integrasi unik antara restorasi mangrove, upaya teknik sipil skala kecil, dan pemanfaatan lahan berkelanjutan.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Wijaja mengatakan bahwa permasalahan utama Pantai Utara Jawa adalah abrasi. Dengan adanya program kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda bisa menjadi salah satu dorongan bersama untuk merehabilitasi dan revitalisasi Pantai Utara Jawa. “Sekarang kita akan bertukar pengalaman dan informasi dengan Pemerintah Belanda untuk kedepan melakukan pembangunan infrastruktur yang mengacu kepada sistem alami. Kita tidak boleh melawan alam tetapi di saat kita membangun infrastruktur harus bersahabat dengan alam sehingga nanti tidak ada lagi kerusakan di infrastruktur kita” katanya.
Wouter Plomp, Deputi Kepala Misi dan Perwakilan yang Berkuasa Penuh dari Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia, mengatakan bahwa perlindungan dan pembangunan pesisir adalah tema utama dalam kerjasama bilateral ini. ProyekBuilding with Nature, atau Membangun dengan Alam, yang diluncurkan hari ini menyajikan elemen baru dalam program ini. Pertama, proyek ini tidak hanya menanggapi wilayah perkotaan saja tetapi juga pedesaan di bagian utara Pulau Jawa. Kedua, Building with Nature telah menjadi suatu pendekatan yang inovatif dan berhasil di Belanda.
“Building with Naturememungkinkan untuk menggabungkan pembangunan infrastruktur dengan konservasi dan bahkan rehabilitasi ekosistem pesisir dan akustik. Dalam perlindungan pesisir dan juga pembangunan pelabuhan. Bahkan sebagian dari perluasan pelabuhan di Rotterdam, pelabuhan terbesar di Eropa, merupakan Building with Nature”, kata Plomp.
Turut hadir alam peluncuran program yang dilakukan di Ball Room Kementerian Kelautan dan Perikanan Gedung Mina Bahari III ini Bupati Kabupaten Demak Moh. Dachirin Said. Selaku Bupati Demak Moh. Dachirin Said mengakui cepatnya perubahan pesisir pantai di wilayahnya. “Dana APBD sangat terbatas untuk membangun infrastruktur pantai untuk penyelamatan kawasan pesisir di Kabupaten Demak. Dengan adanya kerjasama KKP dengan Pemerintahan Belanda, diharapkan nantinya bisa mendukung upaya-upaya penyelamatan kawasan psisir yang selama ini sudah kita lakukan” ungkap Dachirin.
Kemitraan publik dan swasta “Building with Nature”
Inisiatif senilai 5 juta euro ini adalah contoh internasional utama dari “Building with Nature Innovation Programme” (www.ecoshape.nl). Kemitraan publik dan swasta ini bertujuan menstimulasi pendekatan teknik pesisir berkelanjutan yang memanfaatkan perlindungan alami yang diberikan oleh ekosistem seperti habitat mangrove dan rawa payau. Ini mewakili transisi dari desain infrastruktur tradisional yang biasanya melawan alam menuju solusi yang bekerja dengan dan bersama alam. Bentuk yang kedua ini sering kali lebih hemat biaya sambil membawa kemakmuran bagi ekonomi lokal, seperti melalui peningkatan kegiatan perikanan dan penyimpanan karbon.
Atas nama Ecoshape, Wetlands International mengkoordinasi inisiatif ini melalui kemitraan dengan pemerintah Indonesia, lembaga konsultan Witteveen + Bos, lembaga riset Deltares dan Universitas &Pusat Penelitian Wageningen, perusahaan pengeruk Boskalis and van Oord, serta pemerintah daerah dan masyarakat.
Jane Madgwick, CEO Wetlands International mengatakan bahwa ia sangat senang dengan peluncuran ini karena hal ini menunjukkan mimpi-mimpi kami selama ini menjadi kenyataan dengan dimulainya program Building with Nature . Ini merupakan isu global dengan semakin banyaknya penduduk yang akan tinggal di kawasan pesisir delta dan mereka rentan dengan meningkatnya fenomena ekstrem serta semakin rusak dan hilangnya ekosistem. “Pesisir utara Jawa, ini merupakan situasi ekstrem di mana sampai 3 km daratan telah hilang dan desa-desa telah ditelan laut. Sementara itu, semua mangrove sudah hilang dan kehidupan penduduk menjadi sangat rentan. Kami memuji Pemerintah Indonesia, khususnya KKP dan KPUPR yang telah memimpin dan mencoba pendekatan teknis hibrida tersebut, yang relevan terhadap Konvensi PBB mengenai Pengurangan Bencana pekan depan di Sendai, Jepang,” kata Madgwick.
Marjolein van Wijngaarden, Direktur dari Yayasan Ecoshape mengucapkan selamat kepada semua mitra proyek dengan dimulainya proyek inovatif ini untuk merestorasi kawasan mangrove. Ia berharap proyek ini adalah awal dari pembangunan dan peningkatan yang lebih jauh dari konsep Building with Nature di Indonesia. Pemerintah Indonesia adalah mitra penting dalam proyek ini, dan para mitra Belanda berharap dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman selama proyek ini berlangsung.
Kawasan pesisir tererosi berat
Tiga puluh juta penduduk menderita karena banjir dan erosi di kawasan pesisir, yang mempengaruhi 3.000 desa di pantai Utara Jawa. Permasalahan ini sebagian besar diakibatkan oleh hilangnya sabuk mangrove untuk pembangunan budi daya perikanan, infrastruktur pesisir yang tidak lestari, dan ekstraksi air tanah. Di beberapa daerah, lebih dari 3 kilometer daratan beserta desa-desa utuh telah ditelan oleh laut. Banyak penduduk kehilangan sebagian besar mata pencahariannya, hingga 60-80% di beberapa desa. Selain itu sektor budi daya pertanian dan perikanan, dua penggerak ekonomi utama di Indonesia, mengalami kerugian milyaran rupiah.
Andalan di Demak, Jawa Tengah
Program lima tahun ini akan fokus ke kawasan pesisir yang paling terkenadampak di Kabupaten Demak dan melanjutkan kegiatan percobaan dari tahun 2014 yang telah berhasil. Di Demak, peningkatan permukaan air laut diperkirakan akan menyebabkan banjir sejauh 6 km menuju daratan pada tahun 2100, menenggelamkan 14.700 hektar dan berdampak bagi 70.000 orang serta kerugian 6.000 hektar kolam budi daya perikanan.
Para mitra akan membangun bendungan permeabel sepanjang 9 km dari potongan ranting dan melakukan pengkayaan sedimentasi 300.000 m3 untuk menangkap endapan, memulihkan lahan yang hilang karena erosi pesisir dan mendukung rehabilitasi penyangga mangrove seluas 90 hektar. Sejalan dengan upaya tersebut, inisiatif iniakan memperkenalkan pertanian lestari sepanjang garis pantai dan mendukung diversifikasi mata pencaharian (sepertibudidayakepiting, ikandanudang). Hal ini akan mengawali transisi dari model konversi mangrove menuju model ekonomi berbasis mangrove.
Tujuan upaya ini adalah menginspirasi pengelola kawasan pesisir di sektor pemerintah dan swasta untuk meningkatkan dan mereplikasi pendekatan ini di Indonesia dan seluruh dunia serta untuk menerapkan pendekatan ini dalam kebijakan dan perencanaan lokal dan regional.
Konferensi Dunia tentang Pengurangan Risiko Bencana
Pendekatan Building with Natureakan dipromosikan oleh Wetlands Internasional dalam Konferensi Dunia tentang Pengurangan Risiko Bencana ke-3 yang akan menutup Kerangka Kerjadunia PBB mengenaiPenguranganRisikoBencanapasca-2015 di Sendai, Jepang pada bulan Maret. Pengurangan risiko bencana melalui solusi berbasis alam merupakan tema lintas bidang yang pertama dalam kerangka kerja ini.
Kontak person:
Manajer proyek: Femke Tonneijck
Email: [email protected], Telpon: +31 318 660 937
Situs web: http://ecoshape.nl/en_GB/securing-eroding-delta-coastlines–demak—indonesia-.html
Brosur: www.wetlands.org/buildingwithnatureindonesia
Dr. Hendra Yusran Siry
Kasubdit Mitigasi Bencana Lingkungan – Direktorat Pesisir dan Lautan
Email: [email protected]
Untuk Permintaan Foto dan Video
Een Irawan Putra
Rekam Nusantara-Indonesia Nature Film Society
Email: [email protected]
Mobile: 081388041414