Lahan Gambut dan Drainability Limit
-
Konservasi dan restorasi lahan gambut
-
Mitigasi Iklim dan Adaptasi
Indonesia memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia. Sayangnya, kerusakan lahan gambut di negeri ini terjadi sangat masif dalam beberapa dekade terakhir ini, khususnya di Sumatera dan Kalimantan.
Pemicu utama kerusakan lahan gambut Indonesia adalah konversi lahan menjadi pertanian/perkebunan monokultur, lahan pemukiman atau sarana lainnya. Kegiatan konservasi tersebut akhirnya mengganggu keseimbangan neraca air dan neraca karbon di lahan gambut. Neraca air terganggu karena bertambahnya keluaran air akibat drainase buatan dan berkurangnya kerapatan tajuk. Sedangkan neraca karbon terganggu karena berkurangnya masukan karbon dari biomassa diatas permukaan tanah, dan naiknya keluaran karbon akibat meningkatnya laju penguraian dan/atau kebakaran subtract gambut. Terganggunya neraca karbon dan neraca air pada gambut akhirnya memperparah kerusakan satu sama lain.
Salah satu dampak buruk dari terganggunya neraca air dan neraca karbon di lahan gambut adalah amblasan tanah (subsiden). Untuk mencegah atau mengurangi subsiden di lahan gambut diperlukan pengelolaan lahan yang memiliki visi jangka Panjang dan mengedepankan aspek kelestarian, berdasarkan proyeksi kepentingan/kondisi di masa depan dan mempertimbangkan fakta-fakta ilmiah.